Jumat, 12 Oktober 2012

Jualan Makanan di Dunia Maya


Media online tak hanya cocok untuk bisnis busana atau elektronik. Usaha makanan basah, seperti siomay dan pempek pun bisa menuai sukses dipasarkan lewat dunia maya. Bahkan, hasilnya bisa lebih menggiurkan daripada gerai sungguhan.

Bisnis secara online memang terlihat mudah. Tinggal duduk manis di depan komputer atau memantau telepon genggam yang terkoneksi internet, bisnis pun bisa berjalan.

Meski begitu, tak sedikit yang gagal. Mungkin saja, itu karena barang yang dijual kurang menarik atau memang sang pedagang online tidak fokus menjalankan bisnisnya. Tapi, tak sedikit pula yang berhasil. Misalnya, Akung Krisna, si pemilik Siomay Onlen, dan Anton Huang, juragan Pempeklenjer.com.

Peluang bisnis online sangatlah terbuka lebar. Masyarakat semakin teredukasi dengan kemajuan teknologi dan mulai melek internet. Pemilik telepon seluler yang mampu terkoneksi dengan internet pun tambah banyak karena harga ponsel dan ongkos internet yang semakin terjangkau. “Dengan media online, jangkauan konsumen lebih luas. Yang dari Bekasi atau Bintaro tetap bisa terjangkau meski saya di Kebayoran Lama,” tutur Akung.

Berkat keseriusan dalam menjalankan usaha ala online ini, omzet yang didapat juga cukup besar. Anton, yang mulai menawarkan pempeknya secara online pada 2008, bisa menuai omzet Rp 15 juta per bulan. Awal berbisnis, omzet yang didapat hanya Rp 4 juta–Rp 5 juta per bulan. “Sekarang per hari minimal dapat Rp 500.000,” ungkap Anton. Pempek Anton dijual Rp 60.000 per kilogram.

Sementara itu, Akung, yang baru memulai berjualan siomay secara online setahun lalu, mampu meraih omzet Rp 14 juta per bulan. Akung beruntung karena dalam dua minggu pertama berjualan ia sudah bisa mendapat order 1.500 porsi siomay. Akung menjual siomaynya Rp 7.000 per porsi. Seperti usaha makanan lainnya, margin keuntungan yang didapat dari usaha siomay dan pempek ini lebih dari 50%.